Friday, November 05, 2010

Waspada Abu Merapi

Jangan terlalu exiting lihat hujan abu yang katanya hari ini sudah ke Bandung.Takjub boleh saja, tapi waspadai kemungkinan penyakit ISPA (infeksi Saluran Pernapasan Atas), alergi, ataupun sesak napas karena menghirup debu atau abu vulkanik dari letusan gunung Merapi.
Hujan abu memang fenomena yang menarik di kota-kota yang jauh dari Merapi, seperti Purwokerto dan Tasik, karena jarang-jarang terkena dan jauh dari risiko letusan Merapi. Tapi, hati-hati dengan dampaknya. Sebaiknya, kurangi aktivitas di luar dan memakai penutup hidung dan mulut atau lebih aman lagi pakailah masker agar tidak menghirup abu silika. Abu vulkanis berbeda dengan debu pasir biasa. Abu vulkanis dapat menyebabkan penyakit pernafasan. Apalagi ukurannya yang sangat kecil dan halus.

Dalam sebuah letusan gunung berapi, pelepasan material seperti gas dan abu vulkanik panas ke atmosfer bisa mencapai lebih dari 22 km dalam waktu kurang dari 10 menit.
Abu vulkanik terdiri dari partikel yang bentuknya tidak teratur, tajam dan bergerigi. Dengan kombinasi dan bentuk yang tidak teratur itu membuat abu vulkanik bersifat sangat menghancurkan.
Setelah abu vulkanik dilepaskan ke udara, angin akan sangat berperan dalam perjalanannya. Gerakan dari letusan gunung ditambahkan dengan turbulensi udara akan membuat abu vulkanik dapat berpindah dengan kecepataan hingga 100 kilometer per jam. Angin juga akan mendistribusikan abu vulkanik ke area yang sangat luas.
Selain kemungkinan terserang ISPA, abu vulkanik juga dapat menimbulkan sakit maag dan diare apabila masuk dalam tubuh manusia yang menempel dalam makanan yang dikonsumsi. Cuci tangan terlebih dahulu sebelum makan, sehingga abu yang menempel pada anggota tubuh tidak terbawa masuk ke dalam tubuh ketika tengah mengkonsumsi makanan. Sakitnya baru muncul antara lima hingga tujuh hari.

Abu vulkanik juga bisa membuat mata gatal dan pedih bahkan belekan. Debu vulkanik yang terbang tertiup angin yang dikenal dengan hujan abu mengandung partikel SiO2 atau kuarsa.

Risiko lain adalah mengalami gatal-gatal, kulit memerah dan iritasi akibat debu yang ada di udara dan menempel di kulit. Kondisi ini bisa juga diakibatkan oleh kualitas air yang sudah tercemar abu vulkanik.
Tips menghadapi hujan abu
  1. Lindungi diri dengan menggunakan pakaian lengan panjang, celana panjang, kacamata dan masker atau tutup kepala.
  2. Sebaiknya jangan pakai lensa kontak.
  3. Sebaiknya tidak bepergian keluar rumah ketika terjadi hujan abu, terutama bayi, anak-anak, manula, dan penderita gangguan pernapasan.
  4. Tutup rapat-rapat jendela dan pintu, dan lindungi alat2 elektronik.
  5. Ganti pakaian yang terkena hujan abu setelah memasuki rumah.
  6. Segera tutup sumber air agar tidak tercemar hujan abu.
Dari imamnet.wordpress.com, geology.com, kaskus.us, antara news, dst

2 comments:

Unknown said...

sipp ! saya setuju !!! tlg doa'kan kami yang sedang terkena hujan abu juga yahh,.. ^^

Anonymous said...
This comment has been removed by a blog administrator.