Tuesday, June 02, 2015

Pursuing the Life of My Dream: Travelling Around the World

"...Orang pandai dan beradab takkan diam di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan merantaulah..." (Imam Syafi'i) 


Sudah jadi impianku sejak kecil untuk merantau ke tempat yang jauh, keliling dunia dan ngerasain dunia di luar sana, walaupun ngga tahu bagaimana caranya.


Travelling pake uang sendiri... belum ada.
Travelling ala backpacker... duh ngga berani.
Mau kuliah di luar kota aja dulu ngga diijinin sama ortu karena ngelihat anaknya ngga mandiri dan ngga pinter bergaul. Kok berani-beraninya punya mimpi keliling dunia?

Sedikit demi sedikit, aku diberi ijin untuk merantau, awalnya magang riset di Puslitkim LIPI Serpong, bablas lanjut kerja di sebuah penerbitan kecil di Jakarta dengan modal ijazah dan pengalaman nulis level kampung.

Aku belajar hampir dari nol, cara ngedit, nulis buku, ngelayout, bikin ilustrasi dibimbing senior-senior yang baik hati dan tidak sombong. Aku teringat mimpiku merantau ke negeri jauh dan ikut pameran buku dunia di Frankfurt. Mengikuti pelatihan menulis di FLP Bekasi membuatku makin semangat mewujudkan impianku. Tapi tak semudah itu...

Sampai akhirnya penerbit itu pindah ke Cibitung, jauh kali dari rumah padahal anakku baru lahir, dan aku ngerasa ngga cocok sama HRDnya. Pindahlah aku ke penerbit lain di Pulogadung, untuk belajar lagi bagaimana outsourcing tim kreatif buku, cari penulis, cari networking,... sungguh pengalaman yang menyenangkan dengan bos-bos yang murah hati ngasih ilmu. Ikut pameran buku impor, bertemu penerbit LN, dan saat itulah aku kembali bermimpi keliling dunia. Tapi belum  bisa...

My pivot point itu waktu diterima jadi PNS di Pemprov DKI, kupikir kuliah Kimia-ku bakal laku nih, ternyata malah makin ngga nyambung, kerjaanku seputar pengadaan barang/jasa dan e-government. Ingin melarikan diri dengan tugas belajar ngga semudah itu, beda banget prosedurnya dengan tugas belajar PNS dari kementerian, lembaga, apalagi dengan universitas. Mana proses CPNS-ku menjadi PNS butuh waktu dua tahun karena 'kekagetan' BKD dan BKN ketemu jumlah CPNS sebesar itu. Sabar...

Waktu terus berjalan dengan segala kesibukan dan lembur-lembur yang ngga ada habisnya. Tapi aku masih menolak lupa dengan impianku. Kesempatan datang tahun 2013 di tengah lembur sampai dini hari. Sekali ujian TOEFL EPT di STBA LIA, dua kali ujian psikotes, sekali ujian TPA, sekali ujian wawancara, akhirnya aku berhasil lolos seleksi tugas belajar melawan ratusan teman-teman seangkatanku yang cerdas dan berasal dari universitas ternama. Katanya aku punya ilmu Dewa Tidur, semakin aku ngantuk, semakin hebat intuisiku menjawab soal hehe...

Disini semangat kebangsaan dan jiwa melayaniku diuji, apakah ambil tugas belajar atau lanjut kerja dulu? Sedang ada perombakan besar-besaran di jajaran pemerintahan dan UPT-ku baru lahir. Kerjaan setumpuk dan ditambah pencitraan negatif terhadap PNS terutama di Pemprov DKI. Akhirnya kudapat resolusi setelah lama menimbang-nimbang, memanfaatkan peraturan baru tentang pembolehan PNS Pemprov DKI kuliah di luar negeri dan mengambil waktu yang ada untuk persiapan cari beasiswa non-APBD, aku memutuskan untuk menunda tugas belajarku. Yah itulah, tugas belajar versi Pemprov DKI ditanggung APBD untuk kuliah dalam negeri tapi harus non-APBD untuk kuliah di luar negeri. Kembali bersabar...

Aku memutuskan untuk daftar kampus di Belanda. Kenapa di Belanda? Pertama, disanalah pusat ahli hidrologi, air laut aja dibendung, fokus kerjaanku memang tentang air. Kedua, Oma Opa-ku tinggal disana, sejak kecil aku sudah dicekoki tentang Belanda tanpa bisa melihat langsung Belanda. Ketiga, bahasa pengantar kuliah semua serba English, tanpa syarat TOEFL/IELTS yang setinggi di tempat lain. Keempat, dari Belanda itu gampang kalau mau travelling ke negeri Eropa (Schengen) lainnya. Kelima, kebebasan beragama dan berpendapat dijunjung tinggi disana. Tagline studi di Belanda aja, home away from home.

Awalnya aku ambil ujian TOEFL ITP di UI, terus cari perekomendasi. Untunglah dosen S1-ku dulu yang baik hati mau membuatkan surat rekomendasi buatku, ah rupanya beliau sudah PhD, alhamdulillah... Lalu kukontak pembimbingku di Puslitkim LIPI, beliau masih ingat aku rupanya dan dengan senang hati membuatkan surat rekomendasi, pas kuterima langsung teriak OMG...! Si Bapak udah jadi profesor riset, subhanallah... alhamdulillah... Rekomendasi ketiga dari si bos yang ngasih semangat aku tugas belajar sambil uring-uringan karena mau kutinggal hehe... Bapakku yang satu ini memang unik dan ngga ada duanya deh, kesayangan kita semua... Pakai tiga surat rekomendasi, surat motivasi, sama hasil TOEFL ITP, aku daftar ke kampus UNESCO-IHE, kampus kecil tapi terbesar di bidang manajemen air.

Tidak lama datanglah surat cinta dari kampusku, katanya aku lulus tapi dengan syarat ujian ulang TOEFL-nya karena ternyata TOEFL ITP ngga diakui disana... olala. Ya sudah aku daftar TOEFL iBT yang harganya mehong ya bro... pake dollar. Sejak kecil memang ngga pernah kursus formal English apalagi TOEFL jadi galau sendiri apa bisa dapet nilai cukup. Kubeli buku TOEFL iBT Preparation dari rak buku impor, soalnya dipikir-pikir ngga sempet waktunya buat kursus, sungguh aku sibuk banget. Cuma sempat belajar dengan metode skip and review, nekadlah ikut ujiannya. Dan untunglah nilaiku 3 poin di atas nilai minimum persyaratan dari kampus hehe... (dapet 89 doang dari max 120) Akhirnya aku dapat provisional admission dari kampus, alias letter of acceptance (LoA).

Selanjutnya aku diarahkan buat daftar beasiswa sama admission officer di kampus. Si Ibu ini baek banget mau ngurusin aku dan bimbing sampai kelar. Ada tiga beasiswa yang dianjurkan: NFP, Stuned, dan JJ/WBSP. Ya aku nurut aja ngumpulin dan nulis dokumen yang diperlukan. Cerita tentang beasiswa ini lain kali aja kali ya, soalnya panjaaaang ceritanya. Abis itu nunggu hasilnya... Sambil nunggu, lanjut ke ujian keenamku, ujian masuk S2 UI. Lho ngapain lagi? Iya ini plan B kalau aku ngga lolos beasiswa gitu lho... Toh kalo masuk UI udah otomatis gratis pakai APBD. Aku suka bikin rencana detail buat hidupku soalnya hidupku bukan main-main, hidupku itu milik Allah SWT, milik keluargaku, dan milik rakyat Jakarta.

Singkat cerita... karena udah harus balik ngerjain kerjaan lemburan di hari libur ini... aku sudah tanda tangan dokumen Outcome of Selection buat Stuned Scholarship 2015. Alhamdulillah, aku resmi diterima beasiswa Stuned dan akan mulai kuliah di UNESCO-IHE Delft di bulan Oktober 2015. Doakan semuanya lancar. Tantanganku berikutnya untuk bawa keluarga kesana. Apa bisa ya? Nanti kalau aku berhasil, kubuat blog tentang prosedurnya.

Yup, I will live the life of my dream...



No comments: